1.
Parafrase puisi
a.
Parafrase langsung
RAMADHAN
YANG RIMBUN
Inilah
bulan madu (yang) paling indah,
Setubuh
(persetubuhan) termesra dari subuh sampai
langit
(menjadi) luluh. Ciuman terjernih (dari) sang kekasih
yang
memagut (mendekap;memeluk) ruh-ruh (orang) yang shalih.
Katakanlah!
(bahwa) Kau akan menggaulinya
sampai
segalanya (menjadi) cemburu. Sampai
tercapai
puncak-puncak kepuasanmu
menggeledah
seribu bulan, (dan) melengkapkan
kasidah
yang mengalun di dahan ampunan
Yakinlah!
(bahwa) Bunga-bunga (akan) mengirim
madu
lewat kumbang-kumbang-Nya
memaniskan
bulan yang disulam jarum
tajam.
Melengkapkan adzan dengan
sembilan
puluh sembilan nama Tuhan.
2001
(Sarabunis
Mubarok, Memasuki Peti Mati, 2005:27)
b. Parafrase tidak langsung
Bulan
Ramadhan adalah bulan yang layaknya bulan madu (Inilah bulan madu paling indah).
Pada bulan Ramadhan, orang-orang yang beriman mendapat perintah untuk
melaksanakan ibadah puasa (Ciuman terjernih sang kekasih
yang memagut ruh-ruh yang shalih). Sebagaimana
firman Allah Swt:
$ygƒr'¯»tƒ
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$#
$yJx. |=ÏGä. n?tã
úïÏ%©!$# `ÏB
öNà6Î=ö7s%
öNä3ª=yès9
tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Ibadah puasa tersebut dilaksanakan dimulai sejak
shubuh sampai maghrib (Setubuh termesra dari subuh sampai langit luluh).
Dalam
melaksanakan ibadah puasa, kita harus bersungguh-sunguh, menyerahkan jiwa dan
raga hanya pada-Nya (Kau akan menggaulinya sampai segalanya cemburu). Ibadah
puasa adalah ibadah yang penuh makna, yang wajib kita laksanakan sampai kita
mendapat hikmah dan ampunan (Sampai tercapai puncak-puncak kepuasanmu
menggeledah seribu bulan, melengkapkan kasidah yang mengalun di dahan ampunan).
Ampunan yang ditandai dengan datangnya suka cita umat Islam yang merayakan hari
lebaran, satu Syawal.
Sebagi
umat Islam, kita harus yakin bahwa apabila kita menjalankan ibadah puasa dengan
sebaik-baiknya, kita akan mendapat pahala dan kebaikan, kita akan mengetahui
intisari dari keindahan Bulan Ramadhan tersebut (Bunga-bunga mengirim madu lewat
kumbang-kumbang-Nya), sebab Bulan Ramadhan melatih kita untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh orang-orang yang berlatar belakan ekonomi lemah (memaniskan bulan
yang disulam jarum tajam), dan keimanan pada Allah Swt yang ada pada diri kita
akan bertambah kuat (Melengkapkan adzan dengan sembilan puluh sembilan nama
Tuhan).
2.
Analisis Puisi
a.
Metode Puisi
1)
Diksi
Diksi
adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang pengarang dengan tujuan-tujuan
tertentu, seperti untuk menambah daya magis atau keinginan untuk menyampaikan
sesuatu melalui media bahasa.
Puisi yang berjudul Ramadhan Yang Rimbun ini
menggunakan diksi yang mencerminkan kekentalan nuansa religius pada diri
pengarang. Sebagai contoh: Ciuman terjernih sang kekasih yang memagut ruh-ruh
yang shalih. Pengarang begitu cerdas memetaforkan perintah Alloh Swt untuk
menjalankan ibadah puasa dengan kalimat tersebut. Selain itu hanya dengan
kata-kata yang menurut pendapat penulis adalah kata yang sederhana, pengarang
dapat menambah daya magis puisi tersebut, hal ini disebabkan pengarang
mendayagunakan bahasa sebagai atmosfer puisi, sehingga siapapun yang membaca
puisi tersebut akan terbawa pada suasana penyerahan diri pengarang, kekaguman
pengarang, pemahaman pengarang terhadap bulan Ramadhan.
Menurut pendapat penulis, puisi ini terdiri dari 53
kata dalam tujuh kalimat, yaitu:
Inilah
bulan madu paling indah(1)
Setubuh
termesra dari subuh sampai
langit
luluh(2). Ciuman terjernih sang kekasih
yang
memagut ruh-ruh yang shalih(3).
Katakanlah!
Kau akan menggaulinya
sampai
segalanya cemburu(4). Sampai
tercapai
puncak-puncak kepuasanmu
menggeledah
seribu bulan, melengkapkan
kasidah
yang mengalun di dahan ampunan(5)
Yakinlah!
Bunga-bunga mengirim
madu
lewat kumbang-kumbang-Nya(6)
memaniskan
bulan yang disulam jarum
tajam.
Melengkapkan adzan dengan
sembilan
puluh sembilan nama Tuhan(7).
Kata-kata yang terdapat dalam puisi di atas merupakan kata-kata simbolik,
seperti:
·
Bulan madu
: bulan Ramadhan
·
Setubuh
: ibadah puasa
·
Langit luluh
: maghrib
·
Ciuman terjernih :
perintah menjalankan ibadah puasa
·
menggaulinya
: melaksanakan ibadah puasa
·
bunga-bunga
: keindahan bulan Ramadhan
·
madu
: intisari, manisnya bulan Ramadhan
·
jarum tajam
: kehidupan orang miskin
Kalimat-kalimat
tersebut mengandung unsur metafor yang akan dibahas pada pembahasan tentang
majas.
2)
Pengimajian
Pengimajian adalah pengalaman indra pengarang yang
disajikan melalui kata atau susunan kata.
Puisi tersebut didominasi oleh pengalaman imaji
taktil (rasa) pengarang, seperti:
·
Inilah bulan madu yang paling teduh.
·
Ciuman terjernih dari sang kekasih.
·
Sampai tercapai puncak-puncak kepuasanmu.
·
Memaniskan bulan yang disulam jarum tajam.
Sedangkan imaji audio visual terlihat dalam kalimat
sebagai berikut:
·
Melengkapkan kasidah yang mengalun di dahan ampunan.
·
Bunga-bunga mengirim madu lewat kumbang-kumbang-Nya.
·
Melengkapkan adzan dengan sembilan puluh sembilan nama Tuhan.
Dari uraian tentang pengimajian di atas, penulis
menyimpulkan bahwa puisi tersebut merupakan pengalaman pengarang tentang bulan
Ramadhan, sebab puisi tersebut didominasi oleh imaji taktil pengarang, sehingga
mencerminkan apa-apa yang telah pengarang rasakan bersama dengan bulan Ramadhan.
3)
Kata
Konkret
Untuk
menimbulkan pengimajian pada sebuah puisi, pengarang harus menggunakan kata
pengongkret, sehingga segala pengalaman pengarang dapat ditransfer pada benak
pembaca. Dengan kata lain, kata konkret adalah kata yang dipilih pengarang untuk
memberikan bayangan nyata pada benak pembaca tentang sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang.
Pada puisi yang berjudul Ramadhan Yang Rimbun tersebut, pengarang
memperkonkret suasana bulan ramadhan dengan kalimat Inilah bulan madu yang
paling teduh, dengan membaca kalimat atau larik tersebut, dalam benak
pembaca terbayang bagaimana suasana bulan Ramadhan, yaitu kesejukan.
4)
Bahasa
Figuratif
Penyair
menggunakan bahasa figuratif dalam sebuah puisi agar puisi tersebut lebih
prismatis.
Pada
puisi tersebut pengarang banyak menggunakan metafor untuk memprismatiskan
puisinya, seperti:
·
Inilah bulan madu yang paling teduh.
·
Ciuman terjernih dari sang kekasih.
·
Sampai tercapai puncak-puncak kepuasanmu.
·
Memaniskan bulan yang disulam jarum tajam.
·
Melengkapkan kasidah yang mengalun di dahan ampunan.
Majas personifikasi terlihat dalam kalimat:
Bunga-bunga
mengirim madu lewat kumbang-kumbang-Nya.
5)
Versifikasi
a.
Rima
Dalam puisi Ramadhan Yang Rimbun, pengarang tidak
memperhatikan rima yang digunakan. Menurut pendapat penulis hal ini disebabkan
bahwa pengarang menitik beratkan pada daya magis yang dihasilkan
oleh kata-kata yang merupakan sebuah simbol, tidak menekankan pada
keindahan bunyi.
Tetapi pada paragraf pertama pengarang menggunakan
jenis rima patah dengan pola a,b,b,b:
………………………………
indah,
……………………………..
sampai
……………………….
sang kekasih
……………………………… shalih
b.
Ritma
Ritma mempunyai hubungan erat dengan bunyi dan
pengulangannya, tetapi penulis hanya menemukan keteraturan bunyi pada bait
pertama saja, sehingga penulis berpendapat bahwa puisi tersebut tidak menekankan
pada keindahan bunyi.
c.
Metrum
Puisi yang berjudul Ramadhan Yang Rimbun ini,
menitik beratkan pada suasan ayang ditimbulkan oleh kekhusuan seseorang dalam
menafsirkan makna dari puisi tersebut. Metrum barkaitan erat dengan
pendeklamasian puisi, Puisi tersebut seandainya dibacakan dengan interpretasi
penulis maka akan dibacakan dengan cara mendayu-dayu sehingga menimbulkan
kekhusuan. Penekanan pada puisi tersebut adalah datar, atau semua bagian dibaca
hampir sama terkecuali pada kata-kata yang diberi tanda seru.
6)
Tata
wajah
Puisi yang berjudul Ramadhan Yang Rimbun menggunakan
tifografi yang konvensional, atau seperti puisi-puisi modern lainnya, yaitu
tersusun dari larik-larik dan bait untuk membedakannya dengan genre sastra
lainnya.
b.
Hakikat Puisi
1)
Tema
Menurut
pendapat penulis, tema yang terdapat dalam puisi yang berjudul Ramadhan Yang
Rimbun adalah tema religius tentang bulan Ramadhan. Pengarang ngin berbagi
pengalaman tentang apa yang dia rasakan saat bulan Ramadhan datang.
Pendapat
penulis didukung oleh judul yang dipakai pengarang, yakni Ramadhan Yang Rimbun,
dari hal itu saja telah tergambar bahwa yang akan diceritakan pengarang dalam
puisinya seputar bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat islam.
2)
Perasaan
Puisi
yang berjudul Ramadhan Yang Rimbun mencerminkan
rasa rindu penyair, keyakinan penyair tentang hikmah dari bulan Ramadhan. Betapa
bulan Ramadhanadalah bulan yang penuh dengan ampunan, segala amal kebaikan akan
mendapat ganjaran yang berlipat ganda, dan begitu banyak hikmah lain yang dapat
kita dapatkan dari bulan Ramadhan ini.
3)
Nada dan Suasana
Suasana
yang hadir ketika membaca puisi tersebut adalah kesadaran yang mendalam tentang
bulan Ramadhan, apa yang seharusnya kita lakukan pada bulan Ramadhan, dan apa
yang akan kita dapatkan seandainya bulan Ramadhan dijadikan arena perlombaan
dalam kebaikan dan panen amal.
4)
Pesan
Penulis
berpendapat bahwa amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam puisinya adalah
bahwa kita harus senantiasa menjadikan bulan Ramadhan adalah bulan pengembalian
kita pada fitrah dengan ampunan-Nya, sebab di bulan Ramadhan, Tuhan membuka
pintu ampunan selebar mungkin bagi mereka yang benar-benar mau bertaubat dan
menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh.
c.
Nilai Sastra
1)
Nilai estetik
Nilai estetik dalam puisi Ramadhan Yang Rimbun terlihat dalam penggunaan
kata untuk menghasilkan daya magis yang dapat mengajak pembaca untuk memaknai
kesucian bulan Ramadhan. Dalam tifografi tidak terdapat unsur estetik.
2)
Nilai kegunaan
Puisi tersebut sangat berguna bagi orang-orang yang belum memahami betapa
suci dan agungnya bulan Ramadhan. Dengan membaca puisi tersebut sedikitnya kita
dapat mengetahui keindahan yang dijanjikan Allah Swt bagi orang yang mencapai
kemenangan di bulan Ramadhan.
3)
Nilai Kultural
Jelas sekali bahwa puisi di atas merupakan cermin budaya Islam, sebab
menceritakan tentang bulan Ramadhan.
4)
Nilai moral, religi
Nilai religi menjadi tema utama dalam puisi tersebut, yakni pemahaman
pengarang tentang bulan Ramadhan.
d.
Kode Sastra
Kode sastra yang terdapat dalam puisi karya sarabunis Mubarok ini adalah:
1)
Kode Hermeneutik
Kode hermeneutik adalah makan tersembunyi yang hendak disampaikan pengarang.
Seperti dalam judul puisi tersebut: Ramadhan yang Rimbun. Mengapa pengarang
memilih kata rimbun, tidak teduh? Apakah rimbun di sana?. Menurut penadapat
penulis, rimbun di sana adalah pengaruh Ramadhan pada jiwa seseorang.
2)
Kode
Semantik
Kode semantik terdapat dalam puisi tersebut ditandai dengan kehadiran
metafor.
·
Inilah bulan madu yang paling teduh.
·
Ciuman terjernih dari sang kekasih.
·
Sampai tercapai puncak-puncak kepuasanmu.
·
Memaniskan bulan yang disulam jarum tajam.
·
Melengkapkan kasidah yang mengalun di dahan ampunan.
Majas personifikasi terlihat dalam kalimat:
Bunga-bunga mengirim madu lewat kumbang-kumbang-Nya.
3)
Kode Simbolik
Kode
simbolik ditandai dengan terdapatnya kode-kode simbol dalam puisi tersebut:
·
Bulan madu
: bulan Ramadhan
·
Setubuh
: ibadah puasa
·
Langit luluh
: maghrib
·
Ciuman terjernih :
perintah menjalankan ibadah puasa
·
menggaulinya
: melaksanakan ibadah puasa
·
bunga-bunga
: keindahan bulan Ramadhan
·
madu
: intisari, manisnya bulan Ramadhan.
·
jarum tajam
: kehidupan orang miskin
4)
Kode
Budaya
Jelas sekali bahwa puisi di atas merupakan cermin budaya Islam, sebab
menceritakan tentang bulan Ramadhan.
3.
Tanda Matra
RAMADHAN YANG
RIMBUN
Inilah
bulan madu paling indah,/
Setubuh
termesra dari subuh sampai
langit
luluh/. Ciuman terjernih sang kekasih/
yang
memagut ruh-ruh yang shalih//
Katakanlah!
/Kau akan menggaulinya
sampai
segalanya cemburu/. Sampai
tercapai
puncak-puncak kepuasanmu
menggeledah
seribu bulan/, melengkapkan
kasidah
yang mengalun di dahan ampunan//
Yakinlah!
/Bunga-bunga mengirim
madu
lewat kumbang-kumbang-Nya/
memaniskan
bulan yang disulam jarum
tajam/.
Melengkapkan adzan dengan
sembilan
puluh sembilan nama Tuhan//.
2001
(Sarabunis
Mubarok, Memasuki
Peti Mati, 2005:27)
4.
a. Aspek yang harus dinilai bagi peserta lomba baca puisi
adalah:
-
Kepatuhan pada tata tertib
-
Kostum
-
Sikap
-
Pelafalan
-
Volume suara
-
Teknik
-
Penghayatan terhadap puisi yang dibacakan.
-
Intonasi
-
Ekspresi
b.
Format penilaian
Golongan |
|||||||||||
No. Urut
|
No.
|
Segi |
Jumlah
|
||||||||
Segi
|
|
||||||||||
Kepatuhan |
Kostum
|
Sikap
|
Pelafalan |
Volume
|
Teknik |
Penghayatan
|
Intonasi
|
Ekspresi |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tempat
perlombaan, tanggal, bulan, dan tahun perlombaan
Tanda
tangan juri
…………………..
5.
Puisi Sebagai Bahan Ajar
a.
Kriteria bahan ajar
Untuk
memilih puisi yang cocok untuk dijadikan bahan ajar, ada beberapa kriteria yang
harus dipenuhi, antara lain:
1)
Kriteria
keterbacaan puisi
Yaitu
mencakup sukar atau tidaknya bahsa yang digunakan dalam puisi tersebut.
2)
Kriteria kesesuaian
Kriteria
kesesuaian bermaksud kesesuaian puisi yang di ajarkan dengan objek yang akan
menerima pengajaran mengenai puisi tersebut
Meninjau dari kedua kriteria tersebut, menurut pendapat penulis, puisi
tersebut layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar, sebab bahasa yang digunakan
tidak terlalu sulit, sehingga dalam menemukan makna yang terkandung di dalamnya
pun tidak terlalu sulit.
b.
Tingkat sekolah atau siswa
Menurut
pendapat penulis, puisi yang berjudul Ramadhan yang Rimbun ini lebih cocok jika
di ajarkan pada tingkat mahasiswa, sebab di dalam puisi tersebut banyak terdapat
simbol-simbol yang tidak mudah dimaknai oleh siswa-siswa sekolah menengah
apalagi siswa sekolah dasar.
c.
Langkah-langkah penyajian
Adapun
langkah-langkah mengajarkan puisi adalah sebagai berikut:
1)
Mempelajari puisi yang akan diajarkan.
Hal ini
penting dilakukan agar guru atau orang yang mengajarkan puisi mempunyai
pegangan, mengetahui bagian puisi mana yang memerlukan penerangan lebih dalam,
dan mengetahui bagian puisi yang memerlukan perhatian khusus,
2)
Menentukan kegiatan yang akan dilakukan.
Setelah
seorang guru mempelajari puisi yang akan diajarkan tersebut, langkah selanjutnya
adalah menentukan kegiatan yang akan dilakukan di dalam kelas, misalnya guru
menunjuk seorang murid agar membacakan puisi tersebut di depan kelas, dan
lain-lain.
3)
Memberikan pengantar pengajaran.
Hal ini
dilakukan, agar perhatian murid terfokus pada pelajaran yang akan dilaksanakan.
Hal tersebut sangatlah penting, sebab mempelajari puisi bukanlah hal yang mudah.
4)
Menyajikan bahan pengajaran
Sesuai
dengan apa yang telah dipersiapkan dalam tahap persiapan, kini guru melaksanakan
kegiatan mengajarkan puisi tersebut pada murid, seperti apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
5)
Mendiskusikan puisi yang telah dibaca.
1 Komentar:
Aqu salut ma qmu, masih sekolah tapi dah kreatif abiz...jadi orang sukses ya ku sumpahin
Posting Komentar
Kritik, Saran dan Komentar sahabat semua, sangat kami harapkan dan Komentar yang tidak ada hubungannya dengan topik akan dihapus. Terimakasih.